Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkap stok beras telah mencapai 4,2 juta ton di gudang Perum Bulog. Stok beras ini merupakan yang tertinggi sejak 1969 atau saat Bulog berdiri.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa sebanyak 4,2 juta ton beras telah diamankan di gudang Bulog per 1 Juli 2025 pukul 05.00 WIB. Adapun, mulanya stok awal beras yang dimiliki adalah 1,7 juta ton pada 2025.
Ini artinya, Amran mengungkap ada tambahan beras yang masuk ke gudang Bulog sekitar 2,6 juta ton hingga semester I/2025. Bahkan, Amran memaparkan stok beras Indonesia tidak pernah mencapai 3 juta ton pada 2013, meski kala itu stok beras di awal tahun mencapai 2,19 juta ton. Untuk itu, Amran memastikan stok beras Indonesia aman di tahun ini.
“Stok kita di awal tahun [2025] itu 1,7 juta ton, alhamdulillah kita sekarang mencapai 4,2 juta ton. Dulu bahkan pernah 2 juta ton stok awal, tetapi tidak pernah mencapai 3 juta ton. Itu tahun 2013. Tapi tidak pernah mencapai, ini kesyukuran kita, stok kita aman,” kata Amran dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV di DPR, Jakarta, Rabu (2/7/2025). Adapun, Amran mengaku telah menambah kapasitas gudang Bulog dengan menyewa gudang 1,2 juta per hari ini, Rabu (2/7/2025).
“Alhamdulillah ini baru 6 bulan, tetapi tambahannya 2,6 juta ton [beras]. Kita sudah sewa gudang 1,2 juta ton hari ini dan karena kita juga menyerap jagung, jadi kapitas gudang sekarang sudah 4 juta ton lebih, sebenarnya yang standar hanya 3 juta ton kapitas gudang Bulog,” bebernya.
Lebih lanjut, Amran mengungkap melimpahnya stok beras ini merupakan hasil kerja keras dan arahan Presiden Prabowo Subianto yang menaruh perhatian besar pada sektor pangan, mulai dari peningkatan kuota pupuk bersubsidi hingga dua kali lipat, pendistribusian pupuk yang tepat sasaran, hingga harga pembelian pemerintah (HPP) gabah senilai Rp6.500 per kilogram. Dia mengatakan sejumlah upaya tersebut pun membuat nilai tukar petani (NTP) yang naik 0,47% menjadi 121,72 pada Juni 2025. Pada kuartal I/2025, Amran menuturkan bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang mencapai 10,52%. “Ini juga berdampak langsung signifikan terhadap nilai tukar petani. Pertama dalam sejarah kita mendapatkan PDB tertinggi yaitu 10,52%. Ini PDB kita ini tertinggi pertama menjadi jawara untuk sektor pertanian,” pungkasnya.
Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Aprianus Doni Tolok