Bulog Gulirkan Tiga Terobosan Baru Redam Kenaikan Harga Beras

JAKARTA, KOMPAS — Penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan atau SPHP oleh Perum Bulog dinilai belum optimal sehingga harga beras lambat turun. Oleh karena itu, Bulog berupaya memperluas kanal penyaluran beras SPHP melalui tiga terobosan baru.

Bulog mewajibkan penyaluran 5 ton beras per hari dari setiap gudang Bulog dan mendistribusikan beras SPHP melalui jaringan ritel modern. Selain itu, Bulog juga akan menjadikan pedagang pasar tradisional sebagai penyalur permanen beras SPHP.

Hal itu mengemuka dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang digelar Kementerian Dalam Negeri secara hibrida di Jakarta, Senin (11/8/2025). Rapat yang dihadiri perwakilan kementerian/lembaga terkait pangan dan pemerintah daerah itu dipimpin Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian.

Tito mengatakan, daerah yang mengalami kenaikan harga beras telah turun dari 233 kabupaten/kota pada akhir Juli 2025 menjadi 191 kabupaten/kota pada pekan pertama Agustus 2025. Ini menunjukkan upaya Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Bulog menurunkan harga beras mulai berhasil.

Namun, upaya tersebut perlu dipercepat dan dilakukan secara lebih masif agar penurunan harga beras semakin merata di seluruh Indonesia. Ini mengingat realisasi penyaluran beras SPHP masih rendah dan baru 279 kabupaten/kota dari 514 kabupaten/kota yang menggelar gerakan pangan murah (GPM).

”Pemerintah daerah (pemda) harus membantu Bulog mempercepat dan memasifkan penyaluran beras SPHP. Hal itu bisa dilakukan tidak hanya melalui GPM, tetapi juga lewat Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih yang sudah siap, pasar tradisional, dan gerai-gerai pelaku usaha daerah binaan pemda,” ujarnya.

Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian

Pelaksana Tugas Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Bidang Perekonomian dan Pangan Edy Priyono juga menyatakan hal serupa. Meskipun mulai turun di sejumlah daerah, harga beras medium masih berada di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah berdasarkan zonasi.

Per 8 Agustus 2025, disparitas harga beras medium secara nasional masih tinggi, yakni mencapai 20,26 persen. Artinya, selisih harga antara satu daerah dengan daerah yang lain masih sangat besar.

”Masih ada daerah-daerah yang harga beras mediumnya di kisaran Rp 30.000-Rp 50.000 per kg. Daerah-daerah itu terutama di zona 3, yakni Papua dan Maluku,” kata Edy.

Untuk itu, Edy meminta agar Bapanas dan Bulog mempercepat dan memasifkan penyaluran beras SPHP. Salah satu sasarannya adalah menurunkan harga beras di daerah-daerah dengan harga beras tertinggi, terutama di zona 3.

Pengunjung ritel modern di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur, berada di rak pajang beras yang sebagian merek produk telah kosong, Selasa (5/8/2025). Stok beras medium hingga premium di sebagian ritel modern telah menipis, bahkan di sebagian cabang ada yang sudah kosong.

Dalam rakor itu, Direktur Rantai Pasok dan Pelayanan Publik Bulog Mokhamad Suyamto mengakui, penyaluran beras SPHP masih belum optimal. Sejak awal Juli hingga 11 Agustus 2025, realisasinya baru 16.742,55 ton atau 1,27 persen dari 1,3 juta ton beras SPHP yang akan disalurkan sepanjang Juli-Desember 2025.

Beras SPHP itu telah disalurkan melalui gerai mitra Bulog dan Bapanas; beberapa pasar tradisional; serta GPM yang digelar pemerintah, kepolisian, dan TNI di setiap daerah. Selain itu, beras tersebut juga mulai didistribusikan ke beberapa Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih dan ritel modern.

”Untuk mempercepat dan memasifkan penyalurannya, cabang Bulog di setiap daerah telah diminta untuk mengeluarkan 5 ton beras per hari dari 504 gudang milik Bulog. Mereka akan berkeliling mendistribusikan beras itu ke sejumlah titik yang belum digarap kanal-kanal penyaluran yang sudah ada,” katanya.

Menurut Suyamto, Bulog juga memperluas kanal penyaluran beras SPHP di 29 pasar tradisional di DKI Jakarta. Tim Bulog di wilayah DKI Jakarta telah mendampingi beberapa pedagang di setiap pasar itu selama sebulan untuk menjadikan mereka sebagai pengecer permanen beras SPHP.

Pekerja mengangkat beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) milik Perum Bulog dalam program pasar murah, di Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (6/8/2025).

Selain itu, Bulog juga bekerja sama dengan peritel modern dalam penyaluran beras SPHP sejak awal Agustus 2025. Sepanjang pekan lalu, baru 12 gerai ritel modern yang mulai menjual beras SPHP Bulog.

”Berikutnya, pendistribusian beras melalui ritel modern itu akan dimasifkan. Saat ini, permintaan beras SPHP dari ritel modern yang sudah masuk ke Perum Bulog sebanyak 100.592 ton,” katanya.

Per 11 Agustus 2025, stok beras Bulog sebanyak 3,95 juta ton. Stok itu terdiri dari 3,93 juta ton cadangan beras pemerintah dan 12.545 ton beras komersial.

Selain beras SPHP, Bulog juga telah menyalurkan bantuan beras bagi 18,3 juta keluarga tidak mampu. Dari target penyaluran sebanyak 365.000 ton, realisasinya sudah mencapai 351.093 ton atau sekitar 89 persen.

Bagikan

Leave a Reply